Zaman yang semakin maju dan modren menjadi
tantangan bagi setiap pesantren yang masih bernotabene pendidikan agama islam
dengan cara mpengajarannya hanya mengajarkan buku-buku klasik yang biasanya di
sebut dengan pesantren salafi sedangkan yang pesantren modren yang mempelajari
ilmu umum semakin terkikis dengan akhlaknya hal inilah yang menjadi titik fokus
kita sebagai pemuda yang berbasikan santri dari berbagai pondok baik itu pondok
modren dan salafi sehingga dapat mengkabolirasikan antara akhlak dan ilmu
duniawi, sebuah pesantren yang maju
hanya dapat dilhat dari begaimana kesuksesan para santrinya setelah ia kelur
dari pesantren sehingga santri biasanya disebut cermin pesantren, jika retak
cermin tersebut maka retak dan hancurlah pesantren yang dibawanya, menjadi
seorang santri tidaklah mudah karena ia akan menjadi publik figur baik itu
dirinya sendiri hingga semua orang dan inilah yang menjadi kendala dalam
seornag santri karena kebanyakan dari santri tidak tau dengan dirinya sendiri
sehingga ia lupa dengan apa yang harus ia lakukan, bahkan adanya mallu dengan
mengakui bahwa dirinya dalah seorang santri hal inilah yang sangat
memprihatinkan dan harus dibenahi secara lansung baik itu dari dirinya sendiri
atau dari berbagai kegiatan yang mengingatkan dirinya bahwa ia adalah seorang
santri.
Kehidupan dalam pesantren sangat bertolak
belakang dengan apa yang didapatkan dilluar sehingga membuat para santri yang
baru membangun pola pikir yang baru bahkan lupa dengan cara berfikir dan gaya
kehidupan yang ia ketahui di pesantren asalnya, CSS MORA adalah salah satu dari
berbagai organisasi yang adalah di Indonesia yang mengatur dan membimbing para
santri untuk kembali mengingat dan menyadarkan bahwa seorang santri sangat
berperan penting dalam kehidupan.
Perang dalam diri santri sedang bergejolak
baik itu fisik dan non fisik dari fisiknya seorang santri akan berbaur dengan
masyarakat disekitarnya agar tidak dikatakan ketinggalan zaman sedangakan
secara non fisiknya para santri telah melupakan kebiasaan yang telah ia
dapatkan dari pesanntren baik itu disiplin bahkan rasa hormat terhadap para
guru sehingga yang muncul hanya idealisme diri sendiri bahakan ia tetap
mempertahankan idealismenya walau tanpa ada dasara yang jelas, inilah kelemahan
yang harus dibenahi dalam kenyataan yang ada.
Langkah-langkah yang harus dimulai adalah dari
pengembangan jati diri sehingga seorang santri tahu siapa dan untuk apa dia ?,
sehingga ia dapat mengoptimalkan apa yang ia ketauhi dan merelisasikannya
dengan masyarakat khususnya kepada pesantren di mana ia sekolah pertama
kalinya, sedangkan yang kedua adalah membangun mental dalam menghadapi kehidupan
yang nyata ini, karena selama kita berada di pesantren kita hanya mengetahui
apa yang ada di dalam pesantren tersebut padalah apa yang ada di luar sangat
bertolak belakang dengan apa yang kita dapatkan di pesantren bahakan itu dapat
menyebabkan kehancuran secara perlahan danb kebanyakan para santri tidak
merasakan akan hal tersebut, padalah akibat dari jatuhnya mental ini dapat
mengakibatkan danpak yang sagat besar ketika seorang santri tersebut ingin
masuk kedalam lingkarang masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
semua yang ada di blog ini hanya sebuah ungkapan dari apa yang terjadi di dunia sekarang ini